1. Tentukan tema.
Semua masalah bisa diangkat menjadi feature
radio. Mulai dari masalah sosial, personal, politik, ekonomi, budaya
dll. Tidak ada batasan tema apa yang bisa atau tidak bisa dijadikan
bahan feature. Yang penting, bisa disajikan dengan sangat menarik!
2. Tentukan sudut pandang (angle).
Sebuah tema bisa diulas dari 1001
macam sudut pandang. Kreativitas pembuatan feature berawal dari
pemilihan tema dan penentuan sudut pandang.
3. Pastikan data-data pendukung bisa dikumpulkan (riset).
Riset ini
menjadi salah satu kunci keberhasilan sebuah liputan. Apalagi feature
yang berdurasi lebih panjang dibanding program informasi lainnya. Di
negara maju, radio-radio menampilkan feature berdurasi rata-rata 30
menit sampai 60 menit. Di Indonesia, sebagian besar baru mampu membuat
feature dengan durasi 5 – 10 menit saja.
4. Tentukan narasumber dan waktu wawancara.
Pastikan narasumber adalah
sumbe utama dalam tema ini bukan narasumber kedua atau malah hanya
pengamat saja (narasumber ketiga). Narasumber akan berpengaruh terhadap
bobot feature Anda.
5. Siapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber.
Jangan pernah sekali-sekali sombong dengan tidak menyiapkan daftar
pertanyaan.
6. Pilih suara-suara atau bunyi atau musik yang akan dijadikan pelengkap
feature.
Tentukan sejak awal, bahkan sebelum naskah dibuat.
7. Pastikan suara/bunyi dan musik tersebut dapat diperoleh.
Jangan
pernah mencampuradukan suara/bunyi yang dibuat-buat seolah asli dari
narasumber/peristiwa. Misalnya kejadian bom Bali, Anda memilih bunyi bom
yang mudah dicari di internet atau dari film. Bila suara bom itu yang
Anda pilih tanpa memberitahu pendengar bahwa suara itu bukan suara bom
Bali, maka Anda telah membohongi publik. Demikian pula pemilihan musik
latar feature tersebut, tidak boleh sembarangan.
8. Kumpulkan seluruh bahan-bahan selengkap mungkin.
9. Buatlah naskah berdasarkan tema, sudut pandang, hasil riset, hasil
wawancara dan suara/bunyi pendukung.
Kadang ada juga yang sudah membuat
naskah (draft/naskah kasar) terlebih dahulu.
10. Pilih insert (potongan suara narasumber).
Pastikan insert yang
terpilih adalah yang terbaik (patokannya: penting atau sangat menarik).
11. Panjang insert harus dibatasi.
Patokannya: begitu kuping merasa
bosan mendengar suara insert itu, segera potong. Biasanya paling panjang
1 menit. Rata-rata 30 detik saja.
12. Bacalah keras-keras naskah yang sudah dibuat.
Jangan pernah merasa
naskah Anda sudah sempurna. Pasti akan ada revisi dan perbaikan. Dibaca
keras berfungsi sebagai: 1. Editing buat telinga karena begitu telinga
mengatakan tidak enak didengar berarti naskah itu harus diganti. 2.
Sharing kepada orang disekitar Anda, yang diharapkan akan memberikan
feedback kalau naskah Anda keliru.
13. Rekam suara (voice over).
Pilih suara yang cocok untuk feature
tersebut. Tidak semua narator cocok untuk feature dengan tema tertentu
(misalnya tema yang bersifat sedih, gembira atau sinis).
14. Gabungkan (miksing) vo dengan insert dan suara pendukung.
15. Berkreasilah! Manjakan telinga pendengar Anda dengan feature
tersebut.
Seorang yang bersifat perfeksionis pasti akan lama memiksing
sebuah karya feature radio. Seperti melukis, membuat feature radio juga
membutuhkan pengerahan daya dan upaya yang kreatif. Tapi ingat, setiap
feature radio selalu dibatasi oleh durasi dan deadline!
sumber http://dodimawardi.wordpress.com
Tahap-tahap Pembuatan Feature Radio
Diposting oleh
Unknown
on Kamis, 06 Desember 2012
/
Comments: (0)
Tugas Jurnalistik On Line
Diposting oleh
Unknown
on Selasa, 04 Desember 2012
/
Comments: (0)
DAMPAK DIFUSI INOVASI KOMUNIKASI
TERHADAP KESEHATAN
Makalah ini disusun guna memenuhi
Tugas Mata Kuliah Jurnalistik On Line
Dosen Pengampu : MERRY FRIDHA T.S Sos. Msi
Disusun oleh :
AHMAD ARDIANZAH
(11105540018)
PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM BALITAR
B L I T A R
2 0 1 2
KATA
PENGANTAR
Alhamdullillahhirobil a’lamin, segalah puji kita panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segalah rahmat dan hidayahnya tercurahkan kepada
kita yang tak terhingga ini, sholawat serta salam kita panjatkan kepada
junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta
pengikutnya sampai akhir zaman amin ya robal alamin.
Karena anugerah dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah DIFUSI INOVASI KOMUNIKASI
KESEHATAN tepat waktu. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
sekali terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kami khususnya dan kepada para pembaca umumnya.
Blitar,Desember
2012
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................... 1
1.4 Metode dan procedure............................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
.......................................................................... 2
2.1 Sejarah Perkembangan Difusi Inovasi Inovasi ...................... 2
2.2 Tokoh Pemikir dan Buah Pikirannya...................................... 3
2.3 Tiga Unsur Difusi Inovasi Komunikasi
Kesehatan................. 3
2.4 Dampak Difusi Inovasi Komunikasi Di Bidang
Kesehatan... 6
BAB III
PENUTUP ....................................................................................... 13
3.1
Kesimpulan ............................................................................. 13
3.2 Saran ...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari saat kita menyalakan
radio untuk mendengar
berita pagi sampai kita mematikan televisi di malam hari, kita dibombardir oleh pesan
tentang obat baru, makanan,
rezim latihan, program
pemerintah, dan efek lain yang
diduga akan membuat
hidup kita sehat dan lebih
menyenangkan. Tetapi kenyataannya berbeda dan hype. Memahami
inovasi dan difusi mereka sekarang lebih penting daripada
sebelumnya, karena penyebaran
teknologi komunikasi dan globalisasi ekonomi dunia, inovasi akan menyebar lebih
cepat daripada di masa lalu.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana Sejarah awal
Perkembangan Difusi Inovasi ?
2. Siapakah Tokoh – Tokoh Yang Berperan Dalam Perkembangan Difusi
Inovasi?
3. Apa sajakah Unsur- Unsur Yang Mempengaruhi
Difusi Inovasi Komunikasi Kesehatan ?
4.
Apa yang dimaksud dengan interaksi
simbolik pada diri ?
5.
Apa sajakah Dampak Difusi
Inovasi Komunikasi Terhadap Kesehatan ?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas Mata kuliah Jurnalistik
Online, serta untuk wawasan dan
ilmu Penulis tentang Dampak Difusi Inovasi Komunikasi Terhadap Kesehatan.
1.4 Metode dan procedure
1.
Metode yang digunakan penulis
dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai
buku dan penujang informasi lainya.
2.
makalah dibuat menggunakan
huruf times new roman, font 12, dan spasi 1,5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Awal Perkembangan Difusi Inovasi Komunikasi
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964
melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi
sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu
tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Inovasi
merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa
sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola
yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi
segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok
masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi
tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu
dikatakan exploded atau meledak.
Difusi
inovasi sebenarnya didasarkan atas teori pada abad ke 19
dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation”
(1930), Tarde mengemukakan teori kurva
S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni ide yang menjadi
penting di antara para peneliti efek media
beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam
komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap
ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan
dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa memengaruhi komunitasnya
untuk mengadopsi sebuah inovasi.
2.2 Tokoh
Pemikir dan Buah Pikirannya
Pertama kali teori
difusi inovasi di perkenalkan oleh seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde (1930), memperkenalkan Kurva Difusi
berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan
bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari
dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu
menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi
waktu. Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa
menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers
(1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance
because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat
itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam
penelitian-penelitian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog, Bryce Ryan dan
Neal Gross, mempublikasikan hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida pada
para petani di Iowa, Amerika Serikat. Hasil penelitian ini memperbarui
sekaligus menegaskan tentang difusi inovasimodel kurva S. Salah satu kesimpulan
penelitian Ryan dan Gross menyatakan bahwa “The rate of adoption of the
agricultural innovation followed an S-shaped normal curve when plotted on a
cumulative basis over time.” Perkembangan berikutnya dari teori Difusi Inovasi
terjadi pada tahun 1960, di mana studi atau penelitian difusi mulai dikaitkan
dengan berbagai topik yang lebih kontemporer, seperti dengan bidang pemasaran,
budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul tokoh-tokoh teori Difusi Inovasi
seperti Everett M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of Innovation (1961);
F. Floyd Shoemaker yang bersama Rogers menulis Communication of Innovation: A
Cross Cultural Approach (1971) sampai Lawrence A. Brown yang menulis Innovation
Diffusion: A New Perpective (1981).
2.3 Tiga Unsur Difusi Inovasi Komunikasi Kesehatan
1.
Atribut Inovasi
Setiap ide baru memiliki sifat
yang membuatnya lebih mudah atau lebih sulit untuk menyebar dan mempertahankan.
Orang-orang
lebih memilih untuk memakai jasa alternative,
seperti Kiyai, Dukun / paranormal sebagai solusi
teknis daripada mengubah perilaku mereka. Seperti
mengkonsumsi sebuah pil yang
menjanjikan penurunan berat badan dalam 3 minggu memiliki daya tarik lebih dari
pada sebuah program perubahan bertahap dengan pengaturan pola makan / diet dan olahraga. Tapi
banyak efek samping yang berujung
pada kematian, seperti yang dialami bintang atlet yang mencoba untuk mengendalikan berat badan atau
meningkatkan menunjukkan kinerja, kita perlu tahu lebih banyak tentang
implikasi dari inovasi bagi masyarakat secara keseluruhan, untuk segmen
tertentu dari masyarakat, pemerintah, dan
untuk bisnis.
Saya tidak menyarankan untuk menentang pemakaian obat ajaib yang serba instan. Akan
Tetapi perlu kita ketahui bahwa efek samping dari inovasi dengan cara yang instan dengan memakai campuran- campuran berbahaya
sangat beresiko bagi tubuh kita.
2. Konteks Lingkungan
Inovasi yang sukses di beberapa tempat dan
waktu dan kegagalan orang lain. Kita
perlu tahu lebih banyak tentang difusi spasial dan temporal masyarakat yang
utama kesehatan mempengaruhi inovasi karena informasi yang akan memberitahu
kita bagaimana inovator berurusan dengan keragaman norma, nilai-nilai, hukum,
agama, ideologi, dan isu-isu politik yang dapat mempengaruhi adopsi dan prognosis
jangka panjang dari inovasi yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat.
3. Karakteristik Innovator
Kemampuan pemasaran inovator, apakah
mereka bekerja untuk pemerintah, bisnis, atau tidak untuk keuntungan, tampaknya tumbuh secara
eksponensial, tentu jauh lebih cepat daripada kemampuan kita untuk menilai dan
memantau dampak dari inovasi. Pemasaran
komersial alkohol, sarapan
sereal, obat-obatan,
peralatan olahraga, mode makanan, bentuk-bentuk baru berbagai perjudian, dan
inovasi lainnya adalah tantangan yang menakutkan bagi kita semua. Sementara
itu, praktisi kesehatan masyarakat berusaha untuk mengembangkan dan memasarkan
program-program bersifat memperbaiki dan alat biasanya menghadapi jalan yang
jauh lebih sulit yang mengharuskan mereka untuk pergi melalui hukum, rintangan
politik, ekonomi, dan lainnya untuk mengidentifikasi cara-cara yang tepat untuk
membentuk inovasi mereka ke hukum, sosial, dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemerintah dan tidak untuk profit berbasis inovasi.
4.
Dampak Difusi Inovasi Komunikasi Terhadap
Kesehatan
Dalam masalah ini, Banyak berbagai tokoh meneliti
larangan alkohol sebagai sebuah inovasi, membawa kita melalui konteks moral
waktu dan menilai inovator. Penulis
menyimpulkan bahwa itu adalah sebuah kesalahan untuk berasumsi bahwa larangan
adalah inovasi gagal. Gardner
dan Brandt memeriksa penggunaan industri tembakau sangat sukses karena dipromosikan oleh dokter. Mereka
menilai mengapa inovasi ini bekerja dan bagaimana perusahaan-perusahaan
tembakau diakui bahwa pemasaran rokok melalui dokter tidak lagi dipercaya. Mencari
setengah abad kemudian, Lewis dan Wackowski menggambarkan salah satu inovasi
industri tembakau terbaru, menggunakan rokok rasa untuk pemuda target. Kedua
artikel tembakau yang disertai dengan foto-foto yang menunjukkan upaya industri
tembakau untuk tetap di depan para praktisi kesehatan masyarakat dalam
perjuangan penting untuk menarik atau mencegah pengguna tembakau
baru.
Beberapa inovasi menyebar relatif cepat, yang lainnya jauh lebih lambat atau gagal untuk meredakan. Des Jarlais membandingkan difusi program untuk mengurangi penggunaan obat-obatan terlarang dengan difusi jauh lebih lambat dari pertukaran jarum. Para penulis mengamati bahwa program tersebut menyebar dengan cepat, meskipun kurangnya bukti kuat cirri khasnya, sedangkan program pertukaran jarum belum, meskipun dukungan ilmiah yang kuat untuk efektivitas mereka. Artikel ini menyoroti lingkungan sosial dan politik penting yang bingkai inovasi dan mempengaruhi difusi mereka. Pengasuhan berkelanjutan Pendekatan Strategis sangat penting, terutama di lingkungan di mana program-program seperti ini tidak memiliki sejarah dan tidak ada kerangka kerja organisasi untuk jangkar mereka.
Dannenberg melaporkan hasil dari konferensi yang bertujuan untuk meningkatkan dan penilaian dampak kesehatan menyebarkan sebagai alat untuk perencanaan kesehatan setempat. Para penulis menyarankan evaluasi metode, studi percontohan, database dampak kesehatan, pelatihan praktisi, dan langkah-langkah lain yang akan menghasilkan proses penilaian dampak kesehatan yang lebih efektif. Garland menilai peran vitamin D dalam pencegahan kanker. Mereka mencatat bahwa bukti-bukti menunjukkan efek positif pada menurunkan risiko kanker, tetapi mereka juga mengakui beberapa bukti sebaliknya yang tidak diragukan memiliki terbelakang penerimaan vitamin untuk pencegahan kanker. Garland dan rekan menggarisbawahi ketidakpastian yang melekat pada ratusan klaim tentang obat lama dan baru.
Selama 3 dekade terakhir, kepedulian terhadap perlindungan lingkungan telah menghasilkan inovasi teknis banyak dalam pemantauan, pengawasan, dan pencegahan polusi. Daripada fokus pada perbaikan teknis terbaru, kami memiliki 2 inovasi kebijakan penting. Greenberg dan Hollander memeriksa difusi program percontohan brownfield Badan Perlindungan Lingkungan di lebih dari 400 pemerintah daerah di Amerika Serikat. Mereka berpendapat bahwa program tersebut telah menjadi inovasi federalis sukses yang diukur dengan tujuan dan difusi geografis yang luas. Abrams laporan tentang keberhasilan nyata dari kampanye New York State antirokok dalam mengurangi paparan asap tembakau lingkungan di tempat kerja.
Beberapa inovasi menyebar relatif cepat, yang lainnya jauh lebih lambat atau gagal untuk meredakan. Des Jarlais membandingkan difusi program untuk mengurangi penggunaan obat-obatan terlarang dengan difusi jauh lebih lambat dari pertukaran jarum. Para penulis mengamati bahwa program tersebut menyebar dengan cepat, meskipun kurangnya bukti kuat cirri khasnya, sedangkan program pertukaran jarum belum, meskipun dukungan ilmiah yang kuat untuk efektivitas mereka. Artikel ini menyoroti lingkungan sosial dan politik penting yang bingkai inovasi dan mempengaruhi difusi mereka. Pengasuhan berkelanjutan Pendekatan Strategis sangat penting, terutama di lingkungan di mana program-program seperti ini tidak memiliki sejarah dan tidak ada kerangka kerja organisasi untuk jangkar mereka.
Dannenberg melaporkan hasil dari konferensi yang bertujuan untuk meningkatkan dan penilaian dampak kesehatan menyebarkan sebagai alat untuk perencanaan kesehatan setempat. Para penulis menyarankan evaluasi metode, studi percontohan, database dampak kesehatan, pelatihan praktisi, dan langkah-langkah lain yang akan menghasilkan proses penilaian dampak kesehatan yang lebih efektif. Garland menilai peran vitamin D dalam pencegahan kanker. Mereka mencatat bahwa bukti-bukti menunjukkan efek positif pada menurunkan risiko kanker, tetapi mereka juga mengakui beberapa bukti sebaliknya yang tidak diragukan memiliki terbelakang penerimaan vitamin untuk pencegahan kanker. Garland dan rekan menggarisbawahi ketidakpastian yang melekat pada ratusan klaim tentang obat lama dan baru.
Selama 3 dekade terakhir, kepedulian terhadap perlindungan lingkungan telah menghasilkan inovasi teknis banyak dalam pemantauan, pengawasan, dan pencegahan polusi. Daripada fokus pada perbaikan teknis terbaru, kami memiliki 2 inovasi kebijakan penting. Greenberg dan Hollander memeriksa difusi program percontohan brownfield Badan Perlindungan Lingkungan di lebih dari 400 pemerintah daerah di Amerika Serikat. Mereka berpendapat bahwa program tersebut telah menjadi inovasi federalis sukses yang diukur dengan tujuan dan difusi geografis yang luas. Abrams laporan tentang keberhasilan nyata dari kampanye New York State antirokok dalam mengurangi paparan asap tembakau lingkungan di tempat kerja.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada tahun
tahun 1962, Everett Rogers menggabungkan temuan penelitian arus informasi
dengan studi mengenai arus informasi dan pengaruh personal dalam beberapa
bidang termasuk antopologi, sosiologi dan pertanian desa. Ia meng embangkan apa
yang ia sebut sebagai teori difusi, perpanjangan dari ide Paul Lazarsfeld
mengenai arus dua langkah.
Upaya rogers
untuk menggabungkan penelitian arus informasi dengan teori difusi sangat sukses
sehingga teori arus informasi dikenal sebagai teori difusi informasi (dan
ketika teori ini diterapkan kepada difusi selain informasi, yaitu teknologi
teori ini disebut sebagai teori difusi inovasi). Rogers menggunakan kedua
istilah ini untuk menamai edisi selanjutnya dari buku yang ia tulis.
Rogers
mengumpulkan data dari berbagai studi empiris untuk menunjukkan bahwa ketika
inovasi teknologi baru diperkenalkan, inovasi tersebut melawati serangkaian
tahap sebelum diadopsi secara luas.
Pertama
sebagian besar orang menge tahui teknologi tersebut, seringkali melalui
informasi di media massa. Kedua inovasi tersebut diadopsi oleh sekelompok kecil
inovator yang disebut sebagai pengguna awal. Ketiga, opinion leader belajar
dari para pengguna awal ini dan mencoba inovasi ini sendiri. Keempat, jika
opinion leader merasa inovasi ini berguna, maka mereka akan mendorong
teman-teman mereka-para opinion follower.
Akhirnya
setelah sebagian besar orang sudah mengadopsi inovasi ini, sekelompok pengguna
akhir akan melakukan perubahan. Proses
ini ditemukan untuk menerapkan sebagian besar inovasi pertanian di Amerika.
Teori difusi
informasi/inovasi adalah contoh yang bagus atas kekuatan keterbatasan teori
berjakauan menengah. Teori ini sukses menggabungkan banyak penelitian empiris.
Rogers menelaah ribuan studi. Teori difusi informasi/inovasi ini memandu
penelitian dan memfasilitasi penafsirannya.
Meskipun
demikian teori ini memiliki keterbatasan serius. Seperti teori arus informasi dan
pemasaran sosial, teori difusi informasi/inovasi adalah teori yang didominasi
sumber yang melihat proses komunikasi dari sudut pandang elite penguasa yang
telah memutuskan untuk menyebarkan sebuah inovasi atau informasi. Teori ini
memperbaiki teori arus informasi dengan menyediakan strategi yang lebih baik
untuk mengetahui hambatan penyebaran.
Teori difusi
informasi/inovasi memberikan peranan yang sangat terbatas kepada media massa,
karena umumnya media massa hanya menciptakan kesadaran akan inovasi baru.
Tetapi teori ini memberikan peranan utama untuk berbagai jenis orang yang
mengkritik proses difusi.
Media secara
langsung mempengaruhi pengguna awal, tetapi orang-orang ini secara umum
memiliki cukup informasi dan merupakan pengguna media yang berhati-hati. Para
pengguna awal mencoba inovasi dan kemudian memberitahu orang lain mengenai hal
tersebut. Mereka secara langsung mempengaruhi opinion leader yang kemudian
mempengaruhi semua orang. Agen perubahan juga bagian penting orang yang
terlibat dalam difusi ini. Tugas mereka adalah untuk memiliki banyak informasi
mengenai inovasi dan memandu orang-orang lain yang ingin berubah.
Rogers
menyarankan supaya agen perubahan memimpin upaya difusi, mereka dapat keluar ke
komunitas pedesaan dan secara langsung mempengaruhi pengguna awal serta opinion
leader. Sebagai tambahan untuk menarik perhatian kepada inovasi, media juga
dapat digunakan untuk menyediakan wadah untuk diskusi kelompok yang dipimpin
oleh agen perubahan. Strategi penggunaan media ini dibentuk setelah kesuksesan
agen perluasa pertanian di wilayah Barat Tengah Amerika.
Teori Rogers
sangat berpengaruh besar. United States Agency for International Development
(USAID) menggunakan strategi ini untuk menyebarkan inovasi pertanian di
negara-negara dunia ketiga. Selama perang dingin pada tahun 1950-an dan
1960-an, Amerika Serikat bersaing pengaruh dengan USSR di negara-negara
berkembang.
Harapannya
adalah dengan memimpin ”revolusi hijau” dan membantu mereka untuk memberi makan
diri mereka sendiri, Amerika Serikat akan mendapatkan dukungan dari
negara-negara baru ini. Akan tetapi untuk membantu mereka dalam hal ini,
Amerika Serikat perlu meyakinkan petani dan warga desa untuk mengadopsi
sejumlah besar inovasi pertanian secepat mungkin. Teori difusi informasi/inovasi
milik Rogers ini menjadi panduan latihan untuk upaya tersebut.
Agen
perubahan dari seluruh dunia dibawa ke Michigan State University untuk belajar
teori dari Rogers. Banyak orang-orang ini kemudian menjadi akademisi di negara
mereka masing-masing, dan tidak seperti teori Amerika yang lain teori difusi
informasi/inovasi ini menyebar melalui universitas di negara berkembang selama
inovasi pertanian tersebar di perladangan. Diberbagai belahan dunia, teori
Rogers disamakan dengan teori komunikasi.
Teori difusi
inormasi/inovasi mewakili sebuah perkembangan penting atas teori efek terbatas.
Seperti penelitian klasik lain pada awal tahun 1960-an, teori ini diambil dari
kesimpulan empiris yang ada dan digabungkan ke dalam sebuah perspektif yang
medalam dan rasional. Sebagai tambahan untuk memandu perkembangan negara dunia
ketiga, teori ini memberikan dasar bagi sejumlah besar komunikasi promosi dan
teori pemasaran serta kampanye yang mereka lakukan, bahkan hingga saat ini.
Akan tetapi
teori difusi informasi/inovasi ini juga memiliki keterbatasan yang serius.
Teori ini memiliki masalah unik yang berakar dari penerapannya. Sebagai contoh
teori ini memfasilitasi adopsi inovasi yang terkadang tidak terlalu dimengerti
atau diinginkan oleh para pengguna. Misalnya sebuah kampanye untuk membuat para
isteri petani di Georgia mengalengkan sayuran, awalnya dianggap sukses besar,
sampai ditemukan bahwa sedikit sekali wanita yang menggunakan sayur-sayuran
yang dikalengkan tersebut. Mereka menumpuknumpuk botol di dinding ruang tamu
mereka sebagai status simbol. Kebanyakan dari mereka tidak tahu resep untuk
memasak sayuran yang dikalengkan tersebut dan bagi mereka yang menggunakannya
diketahui kemudian bahwa anggota keluarga mereka tidak menyukai rasa sayuran
yang dikalengkan tersebut.
Situasi ini mendorong
masyarakat desa yang kebanyakan sebagai tenaga kerja tidak terdidik dan
terlatih pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Ironisnya di kota pun tenaga
kerja dari desa dengan kualifikasi tersebut tidak mendapat tempat. Sehingga banyak
diantara mereka yang kemudian terjebak pada situasi sulit dan menjadi kriminal.
3.2 Saran
Jika kita ingin inovasi
cepat diadopsi oleh masyarakat, hal pertama yang harus diperhatikan oleh kita
adalah difusi apa yang tepat digunakan untuk menyebarkan inovasi. Karena pada
dasarnya terdapat perbedaan di masyarakat dalam mengadopsi atau menerima
inovasi. Ada sekelompok masyarakat yang cepat dalam menerima inovasi, ada juga
yang membutuhkan waktu yang lama untuk menerima suatu inovasi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1.
Wejnert
B. Mengintegrasikan model difusi inovasi: suatu kerangka kerja konseptual. Ann Rev Sociol. 2002;
28: 297-326
2.
Blocker
JS Jr Apakah larangan benar-benar bekerja? Alkohol larangan
sebagai inovasi kesehatan masyarakat. Am
J Kesehatan Masyarakat. 2006; 96:233-243.
[PMC bebas Artikel] [PubMed]
3.
Gardner
MN, Brandt AM. "Pilihannya
dokter adalah pilihan Amerika": dokter dalam iklan rokok AS, 1.930-1.953. Am J Kesehatan Masyarakat. 2006; 96:222-232. [PMC bebas Artikel] [PubMed]
4.
Lewis
MJ, Wackowski O. Berurusan dengan industri yang inovatif: melihat rokok rasa
dipromosikan oleh merek-merek utama. Am
J Kesehatan Masyarakat. 2006; 96:244-251.
[PMC bebas Artikel] [PubMed]
5.
Des
Jarlais D, Sloboda Z, Friedman S, Tempalski B, C McKnight, Braine N.
Membandingkan difusi DARE pertukaran
jarum suntik dan program. Am J
Kesehatan Masyarakat. Dalam pers.
6.
Fajans
P, R Simmons, Ghiron L. Membantu sistem sektor publik berinovasi: pendekatan
strategis untuk memperkuat kebijakan dan program reproduksi. Am J Kesehatan Masyarakat. Dalam pers.
7.
Dannenberg
AL, Bhatia R, Cole BL, et al. Tumbuh
bidang penilaian dampak kesehatan di Amerika Serikat: sebuah agenda untuk
penelitian dan praktek. Am J Kesehatan
Masyarakat. 2006; 96:262-270. [PMC bebas Artikel] [PubMed]
8.
Garland
CF, Garland FC, Gorham ED, et al. Peran vitamin D dalam
pencegahan kanker. Am J Kesehatan
Masyarakat. 2006; 96:252-261. [PMC bebas Artikel] [PubMed]
9.
Greenberg
M, Hollander J. coklat-bidang program percontohan Badan Perlindungan
Lingkungan. Am J Kesehatan Masyarakat.
2006; 96:277-281. [PMC bebas Artikel] [PubMed]
10.
Abrams
SM, Mahoney MC, Hyland A, M Cummings, Davis W, Song L. bukti awal terhadap
efektivitas undang-undang udara bersih dalam ruangan di New York State. Am J Kesehatan Masyarakat. 2006, 96: 296-298. [PMC bebas Artikel] [PubMed]