OKEH ANAK OKEH REZEKI

OKEH ANAK OKEH REZEKI

Jargon banyak anak banyak rezeki kayaknya saat ini tidak populer. Masyarakat seolah mendapatkan pengalaman-pengalaman yang tidak mengenakkan sehubungan dengan jumlah anak yang banyak  Naiknya kebutuhan sehari-hari, kebutuhan sekolah anak, tawuran pelajar, genk motor, narkoba, sek bebas yang banyak dilakukan oleh generasi seusia anak,menyebabkan jargon di atas tidak laku dan mungkin telah berganti menjadi Banyak Anak Banyak Masalah.

Dan muncullah sekarang ini banyak keluarga dengan komposisi minimalis. Suami -istri dan satu anak atau paling banyak dua anak.  Latar belakangnya macam-macam. Kesempitan rezeki adalah merupakan alasan utama penyebab munculnya keluarga minimalis.  Bagi keluarga mampu ada lagi penyebabnya yaitu tidak mau direpotin urusan anak. Mereka yang rata-rata  suami istri bekerja tidak ingin kariernya  terganggu dengan kehadiran anak.
seperti kata Ibuk Mariati ( tetangga samping rumah) :Lek Ndue Anak ojo akeh-akeh, mengko ora iso nginggoni...ora iso mbiayai sekolah dll.
Itulah yang sering kita dengar. Dan itulah yang menjadi keyakinan kita. Belum juga anak kita lahir, hati dan pikiran kita sudah sepakat bahwa anak kita nanti bakalan sedikit rizkinya, bakalan tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Pokoknya bakalan susah hidupnya. Jadi mendingan anak kita nggak usah lahir di dunia dengan membunuhnya dalam angan dan rencana kita.
Berbeda dengan Ibu Mariati, Pak Gufron(seorang ustad) beliau menjelaskan bahwa Allah dengan tegas telah menjamin rezeki  setiap makhluk hidupnya. Kalau kita yakin dengan jaminan Allah tersebut, maka setiap anak kita pasti sudah dialokasikan rezekinya . Tidak mungkin Allah menghendaki anak kita lahir tapi lupa atau kehabisan rezeki untuk anak kita. Alangkah naifnya kita ini yang sering mengerdilkan ke-Maha Kuasa-an Allah atas rezeki makhluk-makhluknya.

Mungkin yang perlu kita benahi adalah pola pikir kita. Bukan takut anak kita tidak mendapatkan rezeki namun kita khawatir tidak bisa mengemban amanah berupa anak yang banyak.  Jadi persoalannya adalah pada diri kita, bukan pada ke-Maha Kuasa-an Allah.  Kelihatannya sederhana tapi ini penting dalam rangka menjaga keimanan dan pemahaman kita terhadap ke-Maha Kuasa-an Tuhan kita.  Dalam teori yang kita pelajari, kita berTuhan kepada Dzat Yang Maha Segalanya. Jangan sampai dalam implementasinya ke-Maha Segala- anNYA itu kita preteli satu per satu. Allah itu seperti persangkaan hambaNYA. Kalau kita menyangka Allah itu miskin dan tidak kuasa memberikan rezeki pada anak kita, inya Allah, kita akan benar-benar kesulitan memberikan makan kepada anak-anak kita. Wallahu’alam.









0 komentar:

Posting Komentar

Pages

 
Free Website TemplatesFreethemes4all.comFree CSS TemplatesFree Joomla TemplatesFree Blogger TemplatesFree Wordpress ThemesFree Wordpress Themes TemplatesFree CSS Templates dreamweaverSEO Design